Selasa, 14 Oktober 2014

Muslim Tumasik Pada Masa Penjajahan Inggris

Pendahuluan
          Singapura adalah Negara kepulauan terkecil di Asia Tenggara. Negara ini terletak disebelah Selatan Semenanjung Malaya. Republik Singapura terdiri atas lebih dari 50 pulau. Pulau terbesar terhubung dengan sebuah jalur darat yang melintasi Selat Johor.[1] Menurut Ensiklopedi Indonesia, sebelum menjadi Republik, merupakan sebagian kerajaan Malaysia(1963-1965). Merupakan pulau yang terpisah oleh Selat Johor dari Malaysia, yang dilintasi kereta api dan jalan motor dari Malaysia ke Singapura. Luasnya 621,4 km2, terdiri atas 54 pulau. Penduduknya 2.500.000, kepadatan penduduknya 4.067/km2, dengan ibukotanya Singapura, bahasa resminya Cina Inggris Melayu dan Tamil. Agamanya  Budha, Tao, Islam, Hindu dan Kristen. Satuan mata uangnya Dolar Singapura.[2]
          Masuknya Islamke Tumasik dibawa oleh pedagang-pedagang Muslim. Akibat dari hubungan intim yang dilakukan Paneswara (Raja Malaka) dengan pedagang-pedagang muslim, membuatnya memutuskan untuk memeluk Islam dan bergelar Sultan Iskandar Syah. Pada abad ke-18 Singapura kemudian berada dibawah wilayah kesultanan Johor, dengan seorang Tumenggung, sebagai kepala pemerintahan.[3]
          Pada awal abad ke-19 Inggris telah mengukir pijakan penting di semenanjung Malaya melalui koloni mereka di Penang , Malaka dan Tumasik(Singapura). Perjanjian Inggris-Belanda 1824 membuat Belanda tidak akan mengganggu dan menetapkan Malaya sebagai wilayah pengaruh Inggris.[4]Masuknya Inggris ke Tumasik memberikan dampak yang buruk terhadap keadaan masyarakat muslim Tumasik. Dengan adanya kebijakan yang dibuat  pemerintah Inggris membuat muslim di Tumasik menjadi terpinggirkan dan menjadikan masyarakat muslim di Tumasik menjadi minoritas.
          Dalam makalah ini, kami ingin menjelaskan tentang Keadaan Masyarakat Muslim TumasikPada Masa Penjajahan Inggris. Oleh karena itu makalah ini ingin menjawab pertanyaan;Bagaimana keadaan masyarakat muslim Tumasik sebelum penjajahan Inggris? Bagaimana sejarah masuknya Inggris ke Tumasik?Bagaimana keadaan masyarakat muslim Tumasik pada masa penjajahan Inggris?
Keadaan Masyarakat Muslim Tumasik Sebelum Penjajahan Inggris
Singapura (dulu Tumasik) sendiri menempati posisi yang strategis dan karenanya mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi kota pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab,dan termasuk Eropa.[5]
Keterlibatan para pedagang Muslim dalam perdagangan internasional pada abad-abad ke-8 sampae ke-16 M, baik ketika Sriwijaya mendominasi wilayah SemenanjungMalaya sampai menjelang akhir abad ke-13, maupun pada masa Kesultanan Malakasampai awal abad ke-16 (1511 M), tidak hanya dalam kepentingan komersial, tetapi juga dalam politik dan diplomasi. Keterlibatan ini mengasosiasikan Islam dengan “power” atau kekuasaan.
Dalam konteks perdagangan internasional itulah, para pedagang dan orang-orang yang singgah dan berdagang di Tumasik, sebagian mareka menetap dan bahkan menikahiwanita-wanita setempat. Kota pelabuhan itu semakin ramai oleh “penduduk baru” yangmerupakan generasi selanjutnya yang lahir dari pernikahan tersebut. Dari waktu kewaktu, penduduk setempat terus berkembang. Apalagi ada sebagian dari para pedagangasing tersebut, baik Arab, Persia, India, maupun Eropa, dan juga Cina, yang membawa istri dan anak-anaknya tinggal bermukim di sana. Mereka yang menetap di sana ataugenerasi baru yang lahir dari pernikahan orang Arab dengan penduduk setempat menjadiorang “Arab-Melayu” dan keturunan dari pernikahan India-Melayu menjadi “Jawi Peranakan“. Perlu disampaikan bahwa dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Arab Muslim atau para pedagang muslim lainnya, baik pendatang maupun generasi yang lahir darihasil perkawinan semakin menyemarakan kegiatan keislaman di sana. Aktivitas “bisnis”yang mereka lakukan tidak hanya berupa barang, tetapi juga jasa, misalnya jasa pemberangkatan haji.[6]
Kehadiran orang Arab sangatmembantu proses pelaksanaan perjalanan haji sehingga meningkatkan reputasi Tumasik sebagai salah satu pelabuhan pemberangkatan haji masyarakat Indonesia sebelum menuju Mekah. Demikian juga dengan para penuntut ilmu dan bahkan ulama yang akan pergi ke Timur Tengah, sebagian mereka transit terlebih dahulu di Tumasik(Singapura).

Masukanya Inggris ke Tumasik
Inggris  merebut kekuasaan atas selat Malaka dan pelabuhan Singapura pada tahun 1819. Semenjak tahun 1826 mereka mencapai kesepakatan dengan Siam  untuk membagi Malaya menjadi wilayah kekuasan Inggris dan Siam. Dari tahun 1824 sampai tahun 1876 mereka berusaha mempertahankan posisi perdagangan mereka tanpa memperluas wilayah kekauasaan politik. Namun, kemajuan ekonomi wilayah tersebut menimbulkan perlawanan yang kuat bagi Intervensi Inggris.[7]
Semenjak pertambangan timah di Malaya terbuka bagi kegitan ekpolitasi, sejumlah besar tenaga kerja Cina dan india berdatangan ke negri ini. Dalam waktu tertentu warga Malaya menjadi kurang dari separoh jumlah penduduk, warga Cina mencapai 35% dan warga India mencapai 11% meskipun penduduk asli Malaya menguasai pemerintahan, warga Cina, yang sibuk dalam urusan perekonomian dipandang oleh warga Malaya sebagai sekutu mereka. Negara Malaya dan kepala-kepala distrik lokal terlalu lemah dan tidak berdaya untuk membubarkan dan mengambi alih situasi yang komplek ini. Dengan demikian beberapa perusahan Cina dan Belanda  yang di bentuk di Singapura membutuhkan sebuah pemerintahan yang kuat untuk mengamankan  kepentingan dagang mereka dan untuk menggerkan perusahaan Hindia Timur agar mengambil langkah yang lebih progresif  terhadap wilayah pedalaman Malaya.[8]
Pejabat kolonial Inggris juga menginginkan interversi Inggris sebab ia mencemaskan  ekpansi Belanda di Sumatra dan mencemaskan pendudukan Prancis terhadap Indo-Cina. Akhirnya, pada tahun 1874 Inggris terlibat dalam serangkain perperangan lokal  dan menawarkan sebuah perjanjian yang di sebut ‘’Usalan Pangkor’’, yang dengannya kesultanan Perak menerima  seorang Inggris yang mesti dimintai saran dan nasihat berkenan dengan seluruh permasalahan pendapatan dan keuangan, tetapi tidak mengenai permasalahan Agama dan Adat lokal.[9]
Abad ke 19 menjadi saksi perubahan drastis tatanan kehidupan di Asia tenggara, bahkan hampir di seluruh dunia kemajuan ilmu pengetahuan, teknik kedokteran, dan lain sebagainya hampir semuanya keberhasilan dunia barat. Inggris adalah Negara pertama yang memulai industrialisasi sejak abad ke-18.[10] Pada awal abad ke-19 Inggris telah mengukir pijakan penting di semenanjung Malaya melalui koloni mereka di Penang, Malaka dan Singapura. Perjanjian Inggris-Belanda 1824 membuat Belanda tidak akan mengganggu dan menetapkan Malaya sebagai wialyah pengaruh Inggris.[11]
Pada perang dunia 1 negara-negara yang telah bergabung dengan Malaysia dan beberapa Negara yang belum bergabung meliputi Negara Kedah, Perlis, Kelantan, Trengganu dan Johor, masing-masing Negara tersebut tunduk kepada seorang penasihat Inggris. Beberapa pemukiman di selat Malaka, Singapura dan Malaka merupaka wilayah jajahan Inggris.[12]
Dimulainya berkuasanya Inggris di Singapura pada tahun 1824. ada berbagai kebijakan yang dilakukan terhadap masyarakat Singapura dalam hal ini kami akan menjabarkan salah satu kebijakan Inggris di Singapura yang menurut kami sangat berpengaruh signifikan terhadap masyarat muslim di Singapura, yaitu  kebijakan Impor buruh dan migrasi dari Cina. Inggris membuka pintu seluas-luasnya kepada migrasi China yang mengakibatkan pengecilan penduduk asli, dan kebanyakan migrasi China bukan Muslim.[13]
Pada tahun 1824 jumlah penduduk Singapura sebanyak 10.683 jiwa terdiri dari 4.580 orang Melayu,1.925 orang Bugis, 3.317 orang Cina, 757 orang India, 74 orang Eropa, 15 orang Armenia dan 15 orang Arab. Setelah Impor buruh dan migrasi dari Cina pada tahun 1830, persentase penduduk Asal Cina meningkat menjadi 53% dari seluruh penduduk. Kemudian, pada tahun 1867 populasi penduduk etnis Cina jauh lebih meningkat lagi menjadi 65% dari keseluruhan total populasi Singapura, yakni 55.000 jiwa. Dengan demikian, hanya dalam tempo satu dasarwarsa,penduduk asal Cina telah menjadi kelompok etnis terbesar di Singapura. Sampai 1890 migrasi penduduk asal Cina per tahun mencapai 95.400 jiwa dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Dalam catatan statistic populasi Singapura pada 1970. 1980, 1990 persentasi komponen etnis berkisar  77% Cina, 14 Melayu, 7% India dan 2% etnis lainya.[14]
Sebelum Raffles meninggalkan daerah kolonial, Raffles membuat landasan hukum dan tata tertib di kota salah satunya yaitu, dalam setiap kasus yang berkaitan dengan agama dan perkawinan, aturan perwarisan, hukum dan adat istiadat golongan Melayu akan dihormati, apabila semua itu tidak bertentangan dengan logika, keadilan atau kemanusiaan. Pada semua kasus lainnya hukum Inggris akan berlaku sesuai dengan pertimbangan mengenai manfaat dan kebiasaan penduduk.[15]
  
Keadaan Masyarakat Muslim Tumasik Pada Masa Jajahan Inggris
          Pada waktu Tumasik (Singapura) beralih menjadi kekuasaan Inggris, Tumasik (Singapura) merupakan tempat yang sangat jarang penduduknya, berrawa-rawa dan tidak sehat. Pada tahun 1819, Singapura dihuni oleh orang Melayu 100 orang dan Cina 50 orang. Penduduknya hanyaberjumlah 150 orang. Pada lima tahun kemudian, tahun 1824, Singapura telah menjadi kota besar dengan penduduk lebih dari 10.000 orang. Pada tahun itu juga terjadi kesepakatan antara Belanda dan Inggris untuk menyelesaikan sengketa mengenai daerah-daerah kekuasaan ke dua belah pihak. Belanda mengakui Malaya dan Singapura sebagai kekuasaan Inggris dan Inggris mengakui Hindia Belanda (Indonesia) sebagai kekuasaan Belanda. Singapura tumbuh menjadi kota perdagangan yang pesat dan jumlah penduduknya pun berkembang cepat, dan pedagang Cina merupakan bagian terbesar penduduknya. Jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Asia Tenggara yang juga kebanjiran orang-orang Cina, Singapura menunjukkan suatu keistimewaan.Sejak tahun 1819, ketika Stamford Raffles menemukan dan menguasainya.[16]
          Perubahan demografi[17] yang sangat tajam tersebut sangat berpengaruh pada eksitensi masyarakat Muslim di Singapura. Hal ini terutama disebabkan keberadaan Islam yang sangat dekat atau bahkandirepresentasikan dengan etnis Melayu, yang semakin hari semakin tersudut dan berubah menjadi minoritas di wilayahnya sendiri. Lebih dari itu ada pencitraan negative dari Perusaan Inggris di India Timur bahwa pekerja melayu yang notabennya muslim tidak memiliki cukup keahlian untuk memasuki pasar kerja, karena mereka dianggap sebagai pemalas, tidak berdisiplin, dan tidak patuh pada peraturan. Akibat pencitraan itu, etnis Melayu dan muslim semakin ketinggalan, atau ditinggal, pada semua level dan jenis pekerjaan, khususnya dalam bidang ekonomi, politik, dan keamanan.[18]  Posisi strategis Singapura(Tumasik) dalam bidang ekonomi dan politik umat Islam semakin terjepit.[19]      
         


Kesimpulan
Singapura(Tumasik) adalah Negara kepulauan terkecil di Asia Tenggara. Negara ini terletak disebelah Selatan Semenanjung Malaya. Pada masa kesultanan Johor, orang-orang muslim merupakan penduduk mayoritas di Tumasik.Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi kota pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab,dan termasuk Eropa.
Masuknya Inggris ke Tumasik memberikan dampak yang buruk terhadap keadaan masyarakat muslim Tumasik. Dengan adanya kebijakan yang dibuat  pemerintah Inggris membuat muslim di Tumasik menjadi terpinggirkan dan menjadikan masyarakat muslim di Tumasik menjadi minoritas. Pemerintah Inggris membuka kesempatan migrasi tenaga kerja dari China yang membuat muslim di Singapura menjadi minoritas di wilayahnya sendiri.











Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique(ed), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1989
Ensiklopedia Pengetahuan Populer jilid 5, Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2008.
Ensiklopedia Indonesia,Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984.
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia tenggara 5, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, tth
Lapidus, M Ira, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Kettani. M. Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005
Ricklefs, M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, Jakarta:Komunitas Bambu, 2013,
Thohir, Ajid ,Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988,
Saefullah. Asep,(Dalam makalah hasil penelitian Sejarah Islam Di Asia Tenggara), Tumasik: Sejarah Awal Islam Di Singapura (1200-1511). 2012. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan.
Sudrajat. Ajat, Perkembangan Islam di Singapura, Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY,





[1]Ensiklopedia Pengetahuan Populer jilid 5,Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2008. hal, 412
[2]Ensiklopedia Indonesia,Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984. hal, 3191
[3]Ajid Thohir,Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011. hal,377
[4]M.C Ricklefs, dkk, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer,Jakarta: Komunitas Bambu, 2013. hal, 277
[5]Asep Saefullah, (Dalam makalah hasil penelitian Sejarah Islam Di Asia Tenggara), Tumasik: Sejarah Awal Islam Di Singapura (1200-1511). 2012. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan. hal, 20
[6]Ibid, hal, 25
[7]Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999. hal 746.
[8]Ibid,hal 746-747.
[9]Ibid, hal 747
[10]M.C Ricklefs, dkk, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, Jakarta: Komunitas Bambu, 2013. Hal 261
[11]Ibid, Hal,277
[12]Ibid, Hal 748.
[13]M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Hal, 220
[14]Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia tenggara 5, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, tthhal 458-459.
[15]Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique(ed),Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1989. hal: 392
[16]Ajat Sudrajat, Perkembangan Islam di Singapura, Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY, hal 11
[17]Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal, 195. Ilmu pengetahuan tentang susunan jumlah dan perkembangan penduduk.
[18]Saifullah,SejarahdanKebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: PT. PustakaPelajar, 2010 hal, 106
[19]Ibid,hal, 107

ByAmanah & Mitra Zalman follow @ajo_mizal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar