Pendahuluan
Singapura
adalah Negara kepulauan terkecil di Asia Tenggara. Negara ini terletak
disebelah Selatan Semenanjung Malaya. Republik Singapura terdiri atas lebih
dari 50 pulau. Pulau terbesar terhubung dengan sebuah jalur darat yang
melintasi Selat Johor.[1]
Menurut Ensiklopedi Indonesia, sebelum menjadi Republik, merupakan sebagian
kerajaan Malaysia(1963-1965). Merupakan pulau yang terpisah oleh Selat Johor
dari Malaysia, yang dilintasi kereta api dan jalan motor dari Malaysia ke
Singapura. Luasnya 621,4 km2, terdiri atas 54 pulau. Penduduknya
2.500.000, kepadatan penduduknya 4.067/km2, dengan ibukotanya
Singapura, bahasa resminya Cina Inggris Melayu dan Tamil. Agamanya Budha, Tao, Islam, Hindu dan Kristen. Satuan
mata uangnya Dolar Singapura.[2]
Masuknya
Islamke Tumasik dibawa oleh pedagang-pedagang Muslim. Akibat dari hubungan
intim yang dilakukan Paneswara (Raja Malaka) dengan pedagang-pedagang muslim,
membuatnya memutuskan untuk memeluk Islam dan bergelar Sultan Iskandar Syah.
Pada abad ke-18 Singapura kemudian berada dibawah wilayah kesultanan Johor,
dengan seorang Tumenggung, sebagai kepala pemerintahan.[3]
Pada awal
abad ke-19 Inggris telah mengukir pijakan penting di semenanjung Malaya melalui
koloni mereka di Penang , Malaka dan Tumasik(Singapura). Perjanjian
Inggris-Belanda 1824 membuat Belanda tidak akan mengganggu dan menetapkan
Malaya sebagai wilayah pengaruh Inggris.[4]Masuknya
Inggris ke Tumasik memberikan dampak yang buruk terhadap keadaan masyarakat
muslim Tumasik. Dengan adanya kebijakan yang dibuat pemerintah Inggris membuat muslim di Tumasik
menjadi terpinggirkan dan menjadikan masyarakat muslim di Tumasik menjadi
minoritas.
Dalam makalah
ini, kami ingin menjelaskan tentang Keadaan
Masyarakat Muslim TumasikPada Masa Penjajahan Inggris. Oleh karena itu makalah
ini ingin menjawab pertanyaan;Bagaimana
keadaan masyarakat muslim Tumasik sebelum penjajahan Inggris? Bagaimana sejarah masuknya Inggris ke
Tumasik?Bagaimana keadaan masyarakat muslim Tumasik pada masa penjajahan Inggris?
Keadaan Masyarakat Muslim Tumasik Sebelum Penjajahan Inggris
Singapura (dulu Tumasik)
sendiri menempati posisi yang strategis dan karenanya mempunyai peranan penting
dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi
kota pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai
belahan dunia, India, Persia, Arab,dan termasuk Eropa.[5]
Keterlibatan para pedagang
Muslim dalam perdagangan internasional pada abad-abad ke-8 sampae ke-16 M, baik
ketika Sriwijaya mendominasi wilayah SemenanjungMalaya sampai menjelang akhir
abad ke-13, maupun pada masa Kesultanan Malakasampai awal abad ke-16 (1511 M),
tidak hanya dalam kepentingan komersial, tetapi juga dalam politik dan
diplomasi. Keterlibatan ini mengasosiasikan Islam dengan “power” atau
kekuasaan.
Dalam konteks perdagangan
internasional itulah, para pedagang dan orang-orang yang singgah dan berdagang
di Tumasik, sebagian mareka menetap dan bahkan menikahiwanita-wanita setempat.
Kota pelabuhan itu semakin ramai oleh “penduduk baru” yangmerupakan generasi
selanjutnya yang lahir dari pernikahan tersebut. Dari waktu kewaktu, penduduk
setempat terus berkembang. Apalagi ada sebagian dari para pedagangasing
tersebut, baik Arab, Persia, India, maupun Eropa, dan juga Cina, yang membawa istri
dan anak-anaknya tinggal bermukim di sana. Mereka yang menetap di sana
ataugenerasi baru yang lahir dari pernikahan orang Arab dengan penduduk
setempat menjadiorang “Arab-Melayu” dan keturunan dari pernikahan India-Melayu
menjadi “Jawi Peranakan“. Perlu disampaikan bahwa dalam perkembangan selanjutnya,
bangsa Arab Muslim atau para pedagang muslim lainnya, baik pendatang maupun
generasi yang lahir darihasil perkawinan semakin menyemarakan kegiatan
keislaman di sana. Aktivitas “bisnis”yang mereka lakukan tidak hanya berupa
barang, tetapi juga jasa, misalnya jasa pemberangkatan haji.[6]
Kehadiran orang Arab
sangatmembantu proses pelaksanaan perjalanan haji sehingga meningkatkan
reputasi Tumasik sebagai salah satu pelabuhan pemberangkatan haji masyarakat
Indonesia sebelum menuju Mekah. Demikian juga dengan para penuntut ilmu dan
bahkan ulama yang akan pergi ke Timur Tengah, sebagian mereka transit terlebih
dahulu di Tumasik(Singapura).
Masukanya Inggris ke Tumasik
Inggris
merebut kekuasaan atas selat Malaka dan pelabuhan Singapura pada tahun
1819. Semenjak tahun 1826 mereka mencapai kesepakatan dengan Siam untuk membagi Malaya menjadi wilayah kekuasan
Inggris dan Siam. Dari tahun 1824 sampai tahun 1876 mereka berusaha
mempertahankan posisi perdagangan mereka tanpa memperluas wilayah kekauasaan
politik. Namun, kemajuan ekonomi wilayah tersebut menimbulkan perlawanan yang
kuat bagi Intervensi Inggris.[7]
Semenjak pertambangan timah di Malaya terbuka
bagi kegitan ekpolitasi, sejumlah besar tenaga kerja Cina dan india berdatangan
ke negri ini. Dalam waktu tertentu warga Malaya menjadi kurang dari separoh
jumlah penduduk, warga Cina mencapai 35% dan warga India mencapai 11% meskipun
penduduk asli Malaya menguasai pemerintahan, warga Cina, yang sibuk dalam
urusan perekonomian dipandang oleh warga Malaya sebagai sekutu mereka. Negara
Malaya dan kepala-kepala distrik lokal terlalu lemah dan tidak berdaya untuk
membubarkan dan mengambi alih situasi yang komplek ini. Dengan demikian
beberapa perusahan Cina dan Belanda yang
di bentuk di Singapura membutuhkan sebuah pemerintahan yang kuat untuk mengamankan kepentingan dagang mereka dan untuk
menggerkan perusahaan Hindia Timur agar mengambil langkah yang lebih
progresif terhadap wilayah pedalaman
Malaya.[8]
Pejabat kolonial Inggris juga menginginkan
interversi Inggris sebab ia mencemaskan
ekpansi Belanda di Sumatra dan mencemaskan pendudukan Prancis terhadap
Indo-Cina. Akhirnya, pada tahun 1874 Inggris terlibat dalam serangkain
perperangan lokal dan menawarkan sebuah
perjanjian yang di sebut ‘’Usalan Pangkor’’, yang dengannya kesultanan
Perak menerima seorang Inggris yang
mesti dimintai saran dan nasihat berkenan dengan seluruh permasalahan
pendapatan dan keuangan, tetapi tidak mengenai permasalahan Agama dan Adat
lokal.[9]
Abad ke 19 menjadi saksi perubahan drastis
tatanan kehidupan di Asia tenggara, bahkan hampir di seluruh dunia kemajuan ilmu
pengetahuan, teknik kedokteran, dan lain sebagainya hampir semuanya
keberhasilan dunia barat. Inggris adalah Negara pertama yang memulai
industrialisasi sejak abad ke-18.[10]
Pada awal abad ke-19 Inggris telah mengukir pijakan penting di semenanjung
Malaya melalui koloni mereka di Penang, Malaka dan Singapura. Perjanjian
Inggris-Belanda 1824 membuat Belanda tidak akan mengganggu dan menetapkan
Malaya sebagai wialyah pengaruh Inggris.[11]
Pada perang dunia 1 negara-negara yang telah
bergabung dengan Malaysia dan beberapa Negara yang belum bergabung meliputi
Negara Kedah, Perlis, Kelantan, Trengganu dan Johor, masing-masing Negara
tersebut tunduk kepada seorang penasihat Inggris. Beberapa pemukiman di selat
Malaka, Singapura dan Malaka merupaka wilayah jajahan Inggris.[12]
Dimulainya berkuasanya Inggris di Singapura
pada tahun 1824. ada berbagai kebijakan yang dilakukan terhadap masyarakat
Singapura dalam hal ini kami akan menjabarkan salah satu kebijakan Inggris di
Singapura yang menurut kami sangat berpengaruh signifikan terhadap masyarat
muslim di Singapura, yaitu kebijakan
Impor buruh dan migrasi dari Cina. Inggris membuka pintu seluas-luasnya kepada
migrasi China yang mengakibatkan pengecilan penduduk asli, dan kebanyakan
migrasi China bukan Muslim.[13]
Pada tahun 1824 jumlah penduduk Singapura
sebanyak 10.683 jiwa terdiri dari 4.580 orang Melayu,1.925 orang Bugis, 3.317
orang Cina, 757 orang India, 74 orang Eropa, 15 orang Armenia dan 15 orang
Arab. Setelah Impor buruh dan migrasi dari Cina pada tahun 1830, persentase
penduduk Asal Cina meningkat menjadi 53% dari seluruh penduduk. Kemudian, pada
tahun 1867 populasi penduduk etnis Cina jauh lebih meningkat lagi menjadi 65%
dari keseluruhan total populasi Singapura, yakni 55.000 jiwa. Dengan demikian,
hanya dalam tempo satu dasarwarsa,penduduk asal Cina telah menjadi kelompok
etnis terbesar di Singapura. Sampai 1890 migrasi penduduk asal Cina per tahun
mencapai 95.400 jiwa dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Dalam
catatan statistic populasi Singapura pada 1970. 1980, 1990 persentasi komponen
etnis berkisar 77% Cina, 14 Melayu, 7%
India dan 2% etnis lainya.[14]
Sebelum Raffles meninggalkan daerah kolonial,
Raffles membuat landasan hukum dan tata tertib di kota salah satunya yaitu,
dalam setiap kasus yang berkaitan dengan agama dan perkawinan, aturan
perwarisan, hukum dan adat istiadat golongan Melayu akan dihormati, apabila
semua itu tidak bertentangan dengan logika, keadilan atau kemanusiaan. Pada
semua kasus lainnya hukum Inggris akan berlaku sesuai dengan pertimbangan mengenai manfaat dan kebiasaan penduduk.[15]
Keadaan Masyarakat Muslim Tumasik Pada Masa Jajahan
Inggris
Pada waktu Tumasik (Singapura) beralih menjadi kekuasaan
Inggris, Tumasik (Singapura) merupakan tempat yang sangat jarang penduduknya,
berrawa-rawa dan tidak sehat. Pada tahun 1819, Singapura dihuni oleh orang
Melayu 100 orang dan Cina 50 orang. Penduduknya hanyaberjumlah 150 orang. Pada
lima tahun kemudian, tahun 1824, Singapura telah menjadi kota besar dengan
penduduk lebih dari 10.000 orang. Pada tahun itu juga terjadi kesepakatan
antara Belanda dan Inggris untuk menyelesaikan sengketa mengenai daerah-daerah
kekuasaan ke dua belah pihak. Belanda mengakui Malaya dan Singapura sebagai
kekuasaan Inggris dan Inggris mengakui Hindia Belanda (Indonesia) sebagai
kekuasaan Belanda. Singapura tumbuh menjadi kota perdagangan yang pesat dan
jumlah penduduknya pun berkembang cepat, dan pedagang Cina merupakan bagian
terbesar penduduknya. Jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Asia
Tenggara yang juga kebanjiran orang-orang Cina, Singapura menunjukkan suatu
keistimewaan.Sejak tahun 1819, ketika Stamford Raffles menemukan dan
menguasainya.[16]
Perubahan demografi[17]
yang sangat tajam tersebut sangat berpengaruh pada eksitensi masyarakat Muslim
di Singapura. Hal ini terutama disebabkan keberadaan Islam yang sangat dekat
atau bahkandirepresentasikan dengan etnis Melayu, yang semakin hari semakin
tersudut dan berubah menjadi minoritas di wilayahnya sendiri. Lebih dari itu
ada pencitraan negative dari Perusaan Inggris di India Timur bahwa pekerja
melayu yang notabennya muslim tidak memiliki cukup keahlian untuk memasuki
pasar kerja, karena mereka dianggap sebagai pemalas, tidak berdisiplin, dan
tidak patuh pada peraturan. Akibat pencitraan itu, etnis Melayu dan muslim
semakin ketinggalan, atau ditinggal, pada semua level dan jenis pekerjaan,
khususnya dalam bidang ekonomi, politik, dan keamanan.[18] Posisi strategis Singapura(Tumasik) dalam
bidang ekonomi dan politik umat Islam semakin terjepit.[19]
Kesimpulan
Singapura(Tumasik)
adalah Negara kepulauan terkecil di Asia Tenggara. Negara ini terletak
disebelah Selatan Semenanjung Malaya. Pada masa kesultanan Johor, orang-orang
muslim merupakan penduduk mayoritas di Tumasik.Sejak masa kuno, Tumasik telah
menjadi kota pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal para pedagang dari
berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab,dan termasuk Eropa.
Masuknya Inggris ke
Tumasik memberikan dampak yang buruk terhadap keadaan masyarakat muslim
Tumasik. Dengan adanya kebijakan yang dibuat
pemerintah Inggris membuat muslim di Tumasik menjadi terpinggirkan dan
menjadikan masyarakat muslim di Tumasik menjadi minoritas. Pemerintah Inggris membuka
kesempatan migrasi tenaga kerja dari China yang membuat muslim di Singapura
menjadi minoritas di wilayahnya sendiri.
Daftar Pustaka
Abdullah, Taufik, dan
Sharon Siddique(ed), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
Jakarta: LP3ES, 1989
Ensiklopedia Pengetahuan Populer jilid 5, Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2008.
Ensiklopedia Indonesia,Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984.
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia tenggara
5, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, tth
Lapidus, M Ira, Sejarah Sosial Umat Islam,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Kettani. M. Ali, Minoritas
Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005
Ricklefs, M.C, dkk, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa
Prasejarah Sampai Kontemporer, Jakarta:Komunitas Bambu, 2013,
Thohir, Ajid ,Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif
Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988,
Saefullah. Asep,(Dalam makalah hasil penelitian Sejarah
Islam Di Asia Tenggara), Tumasik: Sejarah
Awal Islam Di Singapura (1200-1511). 2012. Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan.
Sudrajat. Ajat,
Perkembangan Islam di Singapura, Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY,
[3]Ajid Thohir,Studi Kawasan Dunia Islam:
Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011. hal,377
[4]M.C Ricklefs, dkk, Sejarah Asia
Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer,Jakarta: Komunitas Bambu,
2013. hal, 277
[5]Asep Saefullah, (Dalam makalah hasil
penelitian Sejarah Islam Di Asia Tenggara), Tumasik:
Sejarah Awal Islam Di Singapura (1200-1511). 2012. Puslitbang Lektur dan
Khazanah Keagamaan. hal, 20
[7]Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat
Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999. hal 746.
[10]M.C Ricklefs, dkk, Sejarah Asia Tenggara
Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, Jakarta: Komunitas Bambu, 2013. Hal
261
[13]M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005. Hal, 220
[14]Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia
tenggara 5, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, tthhal 458-459.
[15]Abdullah, Taufik, dan Sharon Siddique(ed),Tradisi dan Kebangkitan Islam
di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1989. hal: 392
[16]Ajat Sudrajat, Perkembangan Islam di Singapura, Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY, hal
11
[17]Kamus
Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:
Balai Pustaka, 1988, hal, 195. Ilmu pengetahuan tentang susunan jumlah dan
perkembangan penduduk.
[18]Saifullah,SejarahdanKebudayaan Islam di Asia Tenggara,
Yogyakarta: PT. PustakaPelajar, 2010 hal, 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar