Minggu, 14 September 2014

TABUIK DI PARIAMAN

sumber: http://wtd.unwto.org/en/photo-competitor/2012-07-29/tabuik-piaman. (akses 7 April 2013. 11:43) dalam web ini tidak adanya komentar tentang foto ini. Ini adalah proses pembungan Tabuik ke laut
pendahuluan
Kota Pariaman berada di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, tepatnya di pesisir pantai Laut Hindia, sebelah utara kota Padang. Pariaman adalah sebuah nama yang berarti “daerah yang aman”, memiliki luas wilayah 73,36 kilometer persegi. Di daerah ini ada suatu pesta adat yang disebut dengan tabuik, menyuguhkan atraksi budaya bernuansa Islami yang telah melegenda.
Festival Tabuik masuk kalender acara wisata Sumatra Barat dan kalender acara wisata nasional.Puluhan ribu orang dari pelosok Sumatra Barat dan perantau datang ke Pariaman hanya ingin melihat Festival Tabuik selama 14 hari.Upacara tabuik dapat dihadiri hingga sekitar 6.000 orang orang per hari dan 90.000 orang saat puncak acara.http://www.indonesia.travel/id/destination/624/pariaman-tempat-berlangsungnya-perayaan-festival-tabuik/article/59/tabuik-di-pariaman (akses 23 April 2013.11:25). Dalam Web ini lebih menonjolkan aspek pariwisata daripada sejarah tabuik itu sendiri.


Sejarah Tabuik
Dalam berbagai literatur disebutkan, perayaan tabuik yang berlangsung 1-10 Muharam itu memperingati meninggalnya cucu nabi Muhammad yang bernama Husein pada tahun 61 Hijriyah, yang bertepatan dengan 680 Masehi.Makanya, muncul istilah Oyak Hosen dalam perayaan tabuik, untuk menggelorakan semangat perjuangan umat Islam dalam menghadapi musuh-musuhnya.Sekaligus ratapan atas kematian Husein yang dipenggal kepalanya oleh tentara Muawiyah dalam perang Karbala di Irak.    
Tradisi mengenang kematian cucu Nabi ini menyebar ke berbagai negara dengan cara yang berbeda. Di Indonesia, selain Pariaman, di Bengkulu juga dikenal pesta tabuik atau tabot. Mengenai asal usul tabuik Pariaman, ada beberapa versi.
Versi pertama mengatakan bahwa tabuik dibawa oleh orang-orang Arab aliran Syiah yang datang ke Pulau Sumatera untuk berdagang. Sedangkan, versi lain (diambil dari catatan Snouck Hurgronje), tradisi tabuik masuk ke Indonesia melalui dua gelombang. Gelombang pertama sekitar abad 14 M, tatkala Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu.Melalui buku itulah ritual tabuik dipelajari Anak Nagari.
Sedangkan, gelombang kedua tabuik dibawa oleh bangsa Cipei/Sepoy (penganut Islam Syiah) yang dipimpin oleh Imam Kadar Ali.Bangsa Cipei/Sepoy ini berasal dari India yang oleh Inggris dijadikan serdadu ketika menguasai (mengambil alih) Bengkulu dari tangan Belanda (Traktat London, 1824).
Orang-orang Cipei/Sepoy ini setiap tahun selalu mengadakan ritual untuk memperingati meninggalnya Husein.Lama-kelamaan ritual ini diikuti pula oleh masyarakat yang ada di Bengkulu dan meluas hingga ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidi, Banda Aceh, Melauboh dan Singkil.
Dalam perkembangan berikutnya, ritual itu satu-persatu hilang dari daerah-daerah tersebut dan akhirnya hanya tinggal di dua tempat yaitu Bengkulu dengan sebutan Tabot dan Pariaman dengan sebutan Tabuik. Di Pariaman, awalnya tabuik diselenggarakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Adat.http://inioke.com/Berita/2741-Ini-Sejarah-Tabuik-Pariaman.html. (akses 7 April 2013. 12:03). Dalam Web ini di jelaskan sejarah tabuik dalam berbagai versi, secara lengkap


sumber:http://inioke.com/Berita/2741-Ini-Sejarah-Tabuik-Pariaman.html. (akses 7 April 2013. 12:07).Masyarakat berkumpul dalam perayaan tabuik Pariaman awal abad 20. (Suryadi--koleksi Tropenmuseum, Amsterdam)
Inti dari upacara tabuik adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syi’ah dan kaumnya ketika mengumpulkan potongan tubuh Husein bin Ali. Penganut Syi‘ah percaya bahwa jenazah Husain bin Ali diusung ke langit menggunakan Bouraq dengan peti jenazah yang disebut tabuik di kala itu. Kendaraan Bouraq yang disimbolkan dengan wujud kuda gemuk berkepala wanita cantik (bagian utama bangunan tabuik).
Seiring berkembangnya waktu, kebiasaan itu akhirnya mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan Pesta Budaya Tabuik Piaman yang diadakan di Pariaman danFestival Tabot yang diadakan di Bengkulu.
Jika awalnya upacara tabuik digunakan oleh orang-orang Madras dan Bengali yang berpaham Syi‘ah untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali bin Abi Thalib, maka setelah terjadi pembauran budaya dengan masyarakat setempat, maka ritual berkabung itu berubah fungsi menjadi festival budaya lokal yang penuh dengan keceriaan. Diselenggarakan tidak hanya oleh garis keturunan orang-orang Madras dan Bengali. Tetapi oleh seluruh unsur masyarat sekitar.
Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan.Mereka membuat aneka makanan seperti kue-kue khas Pariaman.prosesi panjang tabuik diawali dengan membuat tabuik di dua tempat, yaitu di pasar (tabuik pasa) dan subarang (tabuik subarang). Masing-masing terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) yang tingginya dapat mencapai 12 meter.Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni.Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda,  bersayap, berekor dan berkepala manusia.http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/21/tabuik-tradisi-syiah-dan-kekayaan-budaya-minangkabau-510629.html(akses 7 April 2013. 12:15) Dalam web ini di menonjolkan bawasanya tabuik di pariaman itu bersumber dari kebudyaan syiah.

Tabuik Tak Terkait Paham Keagamaan Tertentu

Perayaan Tabuik di Kota Pariaman Sumatera Barat yang dilaksanakan tiap 1 hingga 10 Muharram, merupakan ritual budaya atau tradisi masyarakat lokal, bukan ritual agama seperti adanya anggapan sebagian orang. Tabuik di Pariaman tidak ada kaitannya dengan paham keagamaan tertentu dalam Islam. 
A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Tuanku Bagindo Mohammad Leter kepada NU Online, Ahad (25/11) di pendopo Walikota Pariaman menyebutkan, perayaan Tabuik di Pariaman tidak ada kaitannya dengan paham Syi’ah. Alasan diselenggarakan dan menjadi tradisi Tabuik adalah semata-mata mengenang keturunan Nabi Muhammad SAW, yakni cucu beliau Husain yang dibunuh dengan keji oleh tentara Yazid di Karbala.  
Ini terlihat sejak dulu hingga kini tak seorang pun penganut Syi’ah yang ditemukan di Pariaman. Kalaupun ada ulama yang masuk Syi’ah, pasti dipecat masyarakat,” kata Mohammad Leter, ulama yang berasal dari Pakandangan Kabupaten Padangpariaman ini.
Didampingi Kabag Humas Pemko Gusniyeti Zaunit, Mohammad Leter menyebutkan, pengembang Islam Syekh Burhanuddin yang bermakam di Ulakan Kabupaten Padangpariaman mengajarkan Islam bermazhab Syafei. Minangkabau yang bermazhabkan Imam Syafei, berhasil memadukan nilai budaya (adat) dengan syarak (Islam). Sehingga muncul ungkapan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK)   
Jauh setelah itu, baru muncul Tabuik yang dibawa oleh bangsa Tamil yang menyertai tentara Inggris yang datang ke Bengkulu dan Sumatera Barat (Pariaman). Tabuik dimulai tahun 1831 oleh bangsa Tamil tersebut. Bagi masyarakat Pariaman, karena peristiwa tersebut mengingat cucu Nabi Muhammad SAW, Husain, yang mengandung nilai-nilai kejuangan  dan keteguhan dalam menegakkan ajaran Islam, maka masyarakat Pariaman menerimanya.

Dengan demikian, kata Leter, Tabuik yang digelar di Pariaman tidak terkait dengan masalah ibadah, paham ke-Islaman tertentu, melainkan  kegiatan budaya yang merangkaikan prosesinya dengan peristiwa pembunuhan Husain yang kejam oleh pasukan Yazid. Apalagi dalam memeriahkan hari Asyura, bermacam-macam budaya lokal yang dilakukan masyarakat Islam kata Later. sumber
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,40970-lang,id-c,nasional-t,Tabuik+Tak+Terkait+Paham+Keagamaan+Tertentu-.phpx. (akses 6 juni  2013. 12:07). Dalam web ini di jelaskan bahwa Tabuik yang ada dipariaman tersebut hanyalah tradisi budaya lokal tidak ada hubunganya dengan paham agama tertetu. Sepajang pengatahuan penulis tidak penah di temukanya orang pariaman yang bermzab syah di pariaman


PestaTabuik

Sebelum upacara adat tabuik dilaksanakan, dilakukan pembuatan tabuik di dua tempat, yaitu di pasar (tabuik pasar) dan subarang (tabuik subarang).Kedua tempat tersebut dipisahkan oleh aliran sungai yang membelah Kota Pariaman.Dahulu, selama berlangsungnya pesta tabuik selalu diikuti dengan perkelahian antara warga dari daerah pasar dan subarang.Bahkan, ada beberapa pasangan suami-isteri yang berpisah dan masing-masing kembali ke daerah asalnya di subarang dan pasar.Setelah upacara tabuik berakhir, suami-isteri tersebut kembali berkumpul dalam satu rumah.Walaupun korban terluka parah dalam perkelahian, namun ketika acara berakhir mereka bersatu kembali, sehingga suasana kembali semula (tenang dan damai).

Tabuik yang dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) yang tingginya dapat mencapai 12 meter.Bagian atas yang mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni.Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia.Bagian bawah ini mewakili bentuk burung Buraq yang dipercaya membawa Imam Hosein ke langit menghadap Yang Kuasa. Kedua bagian ini nantinya akan disatukan dengan cara bagian atas diusung secara beramai-ramai untuk disatukan dengan bagian bawah..Setelah itu, berturut-turut dipasang sayap, ekor, bunga-bunga salapan dan terakhir kepala.Untuk menambah semangat para pengusung tabuik biasanya diiringi dengan musik gendang tasa.

Gendang tasa adalah sebutan bagi kelompok pemain gendang yang berjumlah tujuh orang.Mereka bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat).Gendang ini ada dua jenis.Jenis pertama disebut tasa didiang.Jenis ini dibuat dari tanah liat yang diolah sedemikian rupa, kemudian dikeringkan.Tasa didiang ini harus dipanaskan sebelum dimainkan.Jenis gendang kedua adalah yang terbuat dari plastik atau fiber dan dapat langsung dimainkan. Sebagai catatan, selama pesta yang lamanya 10 hari ada pertunjukan-pertunjukan lain, seperti: pawai tasawuf, pengajian yang melibatkan ibu-ibu dan murid-murid Tempat
Pengajian Al Quran (TPA) dan Madrasah se-Kota Pariaman, grup drum band, tari-tarian, musik gambus, dan bahkan atraksi debus khas Pariaman.

Setelah penyatuan tabuik selesai (menjelang Zuhur), kedua tabuik yang merupakan personifikasi dari dua pasukan yang akan berperang dipajang berhadap-hadapan. Sebagai catatan, dalam acara pesta adat tabuik yang lamanya sekitar 10 hari (1--10 Muharam), ada beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu: (1) pembuatan tabuik; (2) tabuik naik pangkat (menyatukan tiap-tiap bagian tabuik); (3) maambiak tanah (mengambil tanah yang dilakukan pada saat adzan Magrib). Pengambilan tanah tersebut mengandung makna simbolik bahwa manusia berasal dari tanah.Setelah diambil, tanah tadi diarak oleh ratusan orang dan akhirnya disimpan dalam daraga yang berukuran 3x3 meter, kemudian dibalut dengan kain putih.Lalu, diletakkan dalam peti bernama tabuik; (4) maambiak batang pisang (mengambil batang pisang dan ditanamkan dekat pusara); (5) maarak panja/jari (mengarak panja yang berisi jari-jari palsu keliling kampung).Maarak panja merupakan pencerminan pemberitahuan kepada pengikut Husein bahwa jari-jari tangan Husein yang mati terbunuh telah ditemukan; (6) maarak sorban (membawa sorban berkeliling) menandakan bahwa husein telah dipenggal; dan (7) membuang tabuik (membawa tabuik ke pantai dan dibuang ke laut).

Setelah waktu Ashar, di tengah ratusan ribu orang, kedua tabuik itu diarak keliling Kota Pariaman.Masing-masing tabuik dibawa oleh delapan orang pria.Menjelang senja, kedua tabuik dipertemukan kembali di Pantai Gandoriah. Pertemuan kedua tabuik di Pantai Gondariah ini merupakan acara puncak dari upacara tabuik, karena tidak lama setelah itu keduanya akan diadukan (sebagaimana layaknya perang di Karbala). Menjelang matahari terbenam kedua tabuik dibuang ke laut.


Prosesi pembuangan tabuik ke laut merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang segenap sengketa dan perselisihan antar mereka.Selain itu, pembuangan tabuik juga melambangkan terbangnya buraq yang membawa jasad Husein ke Surga.http://uunhalimah.blogspot.com/2008/03/tabuik-pariaman-provinsi-sumatera-barat.html#.UWjGkzcsZvE. (akses 13 April 2013.10:35) Dalam blog ini di jelaskan proses pembuatan tabuik dan pembuangan tabuik kelaut.

































  Sumber:http://edianfirst.blogspot.com/2012/09/tabuik-pariaman.html. (akses 13 April 2013.10:53) dalam blog tersebut tidak adanya komentar mengenai gambar ini. Ini adalah gambar pembuangan Tabuik ke laut



kesimpulan

Tabuik adalah suatu tradisi budaya  yang bernuansa islami adanya pendapat yang mengatakan bahawa tabuik dipariaman terkait dengan keagaaman syah hal itu telah dibantah oleh situs http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,40970-lang,id-c,nasional-t,Tabuik+Tak+Terkait+Paham+Keagamaan+Tertentu-.phpx. Tentunya situs NU ini lebih bias kita percayai.
Tabuik dilaksanakan oleh masyarakat Pariaman setiap tahun, pada bulan 1 samapai 10 muharam. Tabuik memiliki makna pelepasan jasat husein ke langit. Seiring berjalanya waktu  tradisi tabuik telah berubah menjadi tradisi lokol dan menjadi icon pariwisata pariaman.




Referensi
Gambar      



Tidak ada komentar:

Posting Komentar