Senin, 25 November 2013

KIRGISTAN MODERN 1991-2005


Diagramm zentrales Asien Kirgistan Kasachstan Usbekistan
Peta wilayah Asia Tengah acces: 21/10/2013 sumber: http://www.centralasiatravel.com/deutsch/zentralasien_diagramm.html

Pendahuluan
           
Geografis wilayahb Asia Tengah

Asia Tengah merupakan Wilayah Ekstrem  yang berada di selatan Federasi Rusia dan berbatasan debgan timur tengah di sebelah barat serta Pakistan dan Cina sebelah tmur. Penghuni wilayah ini, khususnya suku-suku nomaden  pengembala serta kelompok pedagang, telah menempati wilayah ini selama ribuan tahun. Wilayah ini berada pada jalur sutra, yaitu sebuah jalur trasportasi yang menghubungkan Cina dan Eropa dan telah digunakan sejak tahun 100SM  untuk mengangkut barang khususnya Sutra. Sejak dulu hingga kini, sebagian beasr wilayah Asia Tengah masih mengalami masalah transportasi. Ini terutama terjadi wilayah ini bergunung-gunung, tertup gurun,dan pada umunya sangat jauh dari pelabuhan Laut. Khazaktan dan Turkmenistan memang memiliki garis pantai di perairan pedalaman Laut Kaspia. Namun, sebagian besar Negara yang lain tertutup oleh daratan. Semua wilayah dikawasan ini terletak sangat jauh dari samudra. Kawasan ini mengalami iklim benua dan suhunya sangat ekstrem. Umumnya, Asia Tengah adalah wilayah kering. Sektor pertanian mengandalkan irigasi. Sumber air sungai dan Danau sangat langka. Kawasan ini juaga dihantui masalah lingkungan  karena polusi dari pabrik industry dan ancaman radiasi dari fasilitas nuklir  yang ada disini. Lima dari enam Negara asia tengah,yaitu Kazakstan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kirgistan dan Tajiskistan adalah wilayah bekas Uni Soviet. Kelima Negara ini merdeka pada tahun 1991. Namun demikian,Federasi Rusia  yang merupakan pecahan terbsar Uni Soviet, tetap berpengaruh besar dikawasan Asia Tengah. Federasi Rusia adalah mitra dagang utama di kawasan Asia Tengah. Orang Rusia juga merupakan kelompok minoritas terbanyak di sejumlah Negara lain dikawasan ini.[1]

Isi

Geografis Kirgistan
            Bentang alam Kirgistan didominasi oleh barisan pegunungan  yang melintas hampir di seluruh wilayah hingga kenegara tetangga, Cina. Puncak-puncak tertinggi pegunungan berada pada ketinggian di atas 7.000m dan ditutupi oleh salju dan es. Pemandangan Danau Ozero Issy-kul, salah satu danau gunung terbesar dan terdalam keempat di dunia, dapat disaksikan dari Pegunungan Thien Shan yang ada di timur
            Negara Kirgistan beriklim Benua dengan rata-rata suhu harian di daerah lembah mencapai 27c pada bulan juni dan -4c pada bulan januari. Di lapisan dalam lahan pegunungan terdapat banyak kandungan Mineral, seperti emas,batu bara, besi,seng, mekuri, dan gas alam. Meskipun kurang dari 7 persen wilayah yang cocok digarap sebagai lahan pertanian , sector inilah yang memperkerjakan sebagian besar angkatan kerja yang ada. Berternak domba dan mengembala sapi, kambing dan kuda menjadi andalan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Daging dan susu yang diperoleh dari usaha perternakan menbuat Negara ini mampu  memenuhi kebutuhan bahan-bahan pangan pokok.[2]

Sejarah singkat

Kirgizstan yang dulu, sebelum berpisah dari Uni Soviet dikenal sebagai Kirgisia adalah sebuah negara yang terletak di Asia Tengah. Berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, Kazakhstan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Ibu kotanya berada di Bishkek (dulunya Ffrunze)Kirgizstan dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia pada 1864; negara ini memperoleh kemerdekaannya pada 1991. Di bawah Uni Soviet, Kirgizstan menjadi Republik Sosialis Soviet pada 1937 dengan nama lengkap Republik Sosialis Soviet Kirgizia.[3]

http://saripedia.files.wordpress.com/2011/04/220px-bischkek.jpg?w=570
Ibukota Kirgistan Bishkek. ( akses 25/10/2013.00:25)http://saripedia.wordpress.com/tag/kyrgyzstan/

Keadaan sosial politik Kirgistan
Sejarah masa lalu Kirgistan sebagain bagian dari wilayah jalur sutra yang menjadi wilayah pedagangan dunia pada masa lalu dan pada masa sekarang ini wilayah ini merupakan “lautan minyak” yang luar biasa. Wajar saja wilayah ini dipandang sangat stragegis dari masa lalu sampai masa sekarang ini, terutama bagi tiga kekuatan dunia AS, Rusia dan China. Selain itu masalah pangkalan militer yang strategis di tengah benua merupakan hal yang sangat diinginkan Rusia dan AS. Sedangkan China ingin menghidupkan kembali jalur sutra sebagai bagian dari strategi perdagangan China yang massif.
Kirgistan merupakan Negara yang selalu mengalami kegonjangan politik yang tidak berkesudahan. Faktor utamanya adalah intervensi dari pihak luar. Presiden Kurmanbek Bakiyev yang pro barat dan AS, sedangkan pihak oposisi yang lebih nasionalis (utamanya para generasi muda cendikiawan Kyrgistan) dan sebagian oposisi lagi adalah pro terhadap Rusia. Tarik manarik kepentingan sangat berpengaruh besar terhadap epektifitas pemerintahan Bishkek. Rebutan pengaruh tiga Negara daya ini menjadi “ATM” para oknum pemerintah Bishkek yang korup.[4]
Kirgistan, sebuah republik mayoritas Muslim di Asia Tengah, mengalami dua kali kudeta dalam lima tahun terakhir. Pertama, Revolusi Tulip pada Maret 2005, yang menggulingkan presiden pertama paska Soviet, Askar Akayev, yang kekuasaannya selama 15 tahun berakhir dengan tuduhan korupsi, nepotisme dan kronisme. Revolusi ini mengantarkan Bakiyev berkuasa.
Selama beberapa tahun belakangan, Bakiyev membawa rezimnya ke arah otoriterianisme, dan pada 7 April, para pemrotes Revolusi Kirmizi di Bishkek dan beberapa kota lain sekali lagi menggulingkan kepala negara itu dari tahtanya. 
Meski perubahan besar gagal terjadi di Kirgistan pada 2005, rakyat Kirgistan sekarang punya kesempatan untuk memastikan bahwa sejarah tak terulang kembali. 
Kepala pemerintahan sementara, Otunbayeva, telah aktif dalam politik Kirgistan sejak 1981, dengan menjadi utusan Uni Soviet untuk UNESCO dan duta besar untuk Malaysia, Inggris dan Amerika Serikat. Demi memulihkan demokrasi di Kirgistan, ketiga partai oposisi utama telah mencapai konsensus untuk membangun sebuah parlemen yang tidak didominasi salah satu pihak. Dengan tumbangnya Bakiyev, dan dukungan dari kekuatan-kekuatan internasional utama, mereka punya kesempatan untuk memimpin negara ini ke arah pemulihan ekonomi dan pemerintahan yang representatif.
Tapi pemerintahan sementara dan penerus terpilihnya harus bekerja keras untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari rakyat Kirgistan.[5]
Potensi Kirgisztan
Kirgizstan terkenal karena memiliki hutan walnut terbesar di dunia. hutan ini berada di bagian barat Jalalabad yang meluas ke bagian timur negara ini.
Negara ini juga memiliki sebuah menara yang memiliki nilai sejarah tinggi, yaitu Menara Burana. menara setinggi 25 meter ini dibangun pada abad ke-10 untuk mengawasi pergerakan prajurit Mongol dari kota Balasagyn, sebuah kota abad pertengahan terbesar di Lembah Chui. 
Selain itu, Kyrgyzstan juga memiliki danau alpine terbesar kedua di dunia, DanauIssyk Kul. Danau ini sekelilingnya dihiasi topografi tundra, dan gurun serta didiami beragam hewan seperti leopard salju, juga biri-biri. Anda diperkenankan berenang di danau ini, untuk menyegarkan diri di iklim musim panas kirgizstan yang cukup terik, sekira 32 derajat celcius.
Gunung Ala-too di Kyrgysztan adalah salah satu gunung yang unik, karena puncak gunung ini ditutupi salju. Gunung ini membentang hingga ke dataran China. Di kaki gunung inilah warga Kirgizstan kerap melakukan olahraga unik, yaitu kok boru atau berarti polo kambing. 
Olahraga ini dilakukan dengan mengendarai kuda sambil menggiring badan kambing yang telah mati dan tidak memiliki kepala hingga ke gawang lawan. Olahraga ini bahkan menjadi event tahunan yang terkenal di Kirgizstan.
Karena dahulunya bergabung dengan Uni Soviet, tidak heran kebudayaan Kyrgyzstan berpadu dengan kebudayaan Rusia, dan China. Kebudayaan mereka yang awet hingga saat ini adalah musik tradisionalnya, yang dimainkan saat mengendarai kuda dengan memainkan alat musik tradisional qyl-qiyak (mirip sebuah biola).[6]

Kesimpulan
           
Kirgizstan ialah sebuah Negara yang barada dikawasan Asia Tengah yang tidak memiliki luatan, Wilayah ini berada pada jalur sutra, yaitu sebuah jalur trasportasi yang menghubungkan Cina dan Eropa dan telah digunakan sejak tahun 100SM  untuk mengangkut barang khususnya Sutra. Negara Kirgistan merdeka pada tahun 1991 dari Uni Soviet. Negara ini tidak stabil dalam politiknya dan telah mengalami dua kali kudeta terhadap pemerintahnya dikarenakan pemerintahaannya bersifat Tirani dan korop.
Kirgisztan memiliki potensi kebudayaan dan dan bentang alam yang indah hanya saja  yang membahas tentang  Kirgistan masih sangat sedikit. Dan kurangnya sumber berupa buku yang membahas Kirgistan.


Referensi:

ENSIKLOPEDIA GEOGRAFI 3, PT Lentera Abadi , 2006, Jakarta

Selasa, 19 November 2013

Pengakuan Anwar Congo, Algojo di Masa PKI 1965

TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya dalam sejarah film Indonesia, sebuah film dokumenter menampilkan pengakuan seorang algojo PKI. Namanya Anwar Congo. Ia preman bioskop Medan. Dalam film The Act of Killing yang dibesut sutradara Joshua Oppenheimer itu, ia memperagakan ulang kekerasan-kekerasan yang pernah dilakukannya. Film itu menampilkan kesadaran Anwar tentang bagaimana menjadi seorang pembunuh dan bagaimana seandainya menjadi korban yang dibunuh. Saat The Act of Killing diputar di Festival Film Toronto, pers Barat menyebut film itu mengerikan dan mengguncang batin. Itu karena Anwar tampak bangga dengan tindakannya. Bisakah film ini mengubah cara pandang masyarakat Indonesia tentang sejarah kelam 1965? Laporan utama majalah Tempo edisi 1 Oktober 2011 berjudul "Pengakuan Algojo 1965" mengungkap hal tersebut. Pembawaannya riang. Ia dikenal jago dansa. Penggemar Elvis Presley dan James Dean itu mengatakan sering membunuh sembari menari cha-cha. "Saya menghabisi orang PKI dengan gembira," katanya. Dalam sebuah adegan, bersama rekannya sesama algojo 1965, ia terlihat naik mobil terbuka menyusuri jalan-jalan di Medan. Mereka bernostalgia ke tempat-tempat mereka pernah membunuh, di antaranya sepotong jalan tempat ia menyembelih banyak warga keturunan Tionghoa. "Setiap ketemu Cina, langsung saya tikam…." Pengakuan "jujur" preman bernama Anwar Congo dalam film yang bakal ditayangkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta pada Oktober tahun ini tersebut bisa membuat siapa saja terperangah. Ada heroisme di situ. Anwar mengesankan dirinya penyelamat bangsa. Satu versi menyebutkan hampir satu juta orang PKI terbunuh pasca-1965. Ini pelanggaran hak asasi berat. Anwar hanyalah salah satu pelaku pembunuhan. Di berbagai daerah, masih banyak "Anwar" lain. Tempo kali ini mencoba melihat peristiwa 1965 dari perspektif para algojo. Tak ada niat kami membuka aib atau menyudutkan para pelaku. Politik Indonesia pada masa itu sangat kompleks. Menjelang tragedi September, konflik PKI dan partai politik lain memanas. PKI, yang merasa di atas angin, menekan penduduk yang tidak sealiran. Ketika keadaan berbalik, luapan pembalasan tak terkendali. Pembunuhan direstui oleh sesepuh masyarakat dan tokoh agama. Masa 1965-1966 tak bisa dinilai dengan norma dan nilai-nilai masa kini. Membaca sejarah kelam Indonesia pada masa itu hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan konteks sosial-politik-ekonomi pada masa itu pula. Namun, kita juga tahu betapa tak simetris informasi tentang tragedi 1965. Saat itu, semua koran dikuasai militer. Masyarakat dicekoki cerita bahwa komunis adalah musuh negara yang identik dengan ateisme. Militer menyebarkan daftar anggota PKI yang harus dihabisi. Militer melindungi para pelaku, bahkan menyuplai mereka dengan senjata. Di beberapa tempat, ada narapidana yang sengaja dilepaskan untuk memburu "sang musuh negara". Itu membuat para algojo menganggap wajar tindakan mereka. Sejarah berulang: di sini dan di tempat lain. Di Israel, pernah seorang aparat kamp konsentrasi Nazi bernama Adolph Eichmann diadili. Ia pelaku pembantaian ratusan orang Yahudi. Ia merasa tak bersalah karena menganggap itu tugas negara. Filsuf Jerman, Hannah Arendt, yang mengamati sidang itu pada 1963, menulis buku terkenal Eichmann in Jerusalem: A Report of the Banality of Evil. Arendt melihat para eksekutor seperti Eichmann bukan pengidap skizofrenia atau psikopat, melainkan warga biasa yang menganggap wajar tindakannya karena dibenarkan negara. Arendt menyebut fenomena ini sebagai kedangkalan yang akut. Seorang algojo menyatakan moralitas itu sesuatu yang relatif. Pembunuhan memang dilarang, tapi harus dilakukan untuk menyelamatkan bangsa dan agama. Ada pula yang diam-diam menyadari kesalahannya. Anwar, yang dalam film terlihat brutal, mengalami pergolakan batin tentang apa yang diperbuatnya. Menurut Oppenheimer, sang sutradara, sepanjang pembuatan film, Anwar ada kalanya seperti menyesali perbuatannya. Rasa heroik dan bersalah bersitegang di dalam diri mantan algojo. Seorang mantan jagal harus dipasung keluarganya karena, bila mengingat-ingat pembunuhan yang dilakukannya, ia ke luar rumah mengayun-ayunkan parang dan celurit.

sumber:tempo
http://www.tempo.co/read/news/2012/10/01/078432914